Dunia Wanita - Dikisahkan oleh Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham, Imam Fudhail bin Iyadh melihat kejadian yang amat memilukan hatinya. Seorang ibu marah besar kepada anaknya. Sang anak berlari keluar rumah. Lantas sang ibu mengunci pintunya.
Lama menangis di luar rumah, sang anak bingung. Ia kelelahan dan tidak menemukan sandaran untuk melabuhkan kepedihannya. Anak itu kembali. Tapi, pintu telah tertutup.
Lantas dengan nalurinya, si anak duduk bersimpuh seraya menempelkan telinga di pintu rumah. Ia tertidur.
Beberapa saat setelah itu, sang ibu memiliki hajat untuk keluar rumah. Dia membuka pintu dan mendapati anaknya tengah bersimpuh dengan amat memilukan. Sang ibu bergegas membopong anaknya, dikecupi, diusap-usap, dan ekspresi sayang lainnya.
“Anakku sayang, pergi kemana saja engkau dari tadi? Ibu menyayangimu. Jangan ulangi lagi melakukan kesalahan serupa.” tutur sang ibu sepenuh cinta.
Imam Fudhail bin Iyadh yang menyaksikan kejadian itu tak kuasa menahan haru dan sedih. Air matanya menetes deras. Pikirannya membayangkan sebuah kejadian yang jauh lebih agung dari kasih sayang ibu kepada anaknya tersebut. Sayangnya, kejadian ini sering luput kita pikirkan.
“Sungguh jika seorang hamba senantiasa bersabar dan terus menerus meminta ampun kepada Allah Ta’ala, sebesar apa pun kesalahan, kekeliruan, dan dosa yang dia lakukan, pastilah Allah Ta’ala akan membukakan pintu baginya (mengampuni dosanya). Sebab tidak ada tempat berlindung bagi seorang hamba, kecuali dengan kembali kepada-Nya dan senantiasa berupaya menjauhi larangan-Nya.”
Seperti inilah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Sangat tulus dan menginspirasi. Namun, sampai kapan pun, kasih sayang ibu tiada layak dibandingkan dengan kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Dialah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dialah yang memberikan setitik sifat kasih sayang kepada para ibu hingga mampu bersikap baik meski kepada anak-anak yang berbuat durhaka kepadanya.
Namun di akhir zaman ini, ada begitu banyak kisah memilukan tatkala seorang ibu dengan teganya melampiaskan siksaan pedih kepada anak yang dia lahirkan sendiri.
Sedangkan Allah Ta’ala, mustahil menzalimi hamba-hamba-Nya. Bahkan orang kafir dan munafiq masih senantiasa mendapatkan berbagai nikmat dan kecukupan duniawi.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
Lama menangis di luar rumah, sang anak bingung. Ia kelelahan dan tidak menemukan sandaran untuk melabuhkan kepedihannya. Anak itu kembali. Tapi, pintu telah tertutup.
Lantas dengan nalurinya, si anak duduk bersimpuh seraya menempelkan telinga di pintu rumah. Ia tertidur.
Beberapa saat setelah itu, sang ibu memiliki hajat untuk keluar rumah. Dia membuka pintu dan mendapati anaknya tengah bersimpuh dengan amat memilukan. Sang ibu bergegas membopong anaknya, dikecupi, diusap-usap, dan ekspresi sayang lainnya.
“Anakku sayang, pergi kemana saja engkau dari tadi? Ibu menyayangimu. Jangan ulangi lagi melakukan kesalahan serupa.” tutur sang ibu sepenuh cinta.
Imam Fudhail bin Iyadh yang menyaksikan kejadian itu tak kuasa menahan haru dan sedih. Air matanya menetes deras. Pikirannya membayangkan sebuah kejadian yang jauh lebih agung dari kasih sayang ibu kepada anaknya tersebut. Sayangnya, kejadian ini sering luput kita pikirkan.
“Sungguh jika seorang hamba senantiasa bersabar dan terus menerus meminta ampun kepada Allah Ta’ala, sebesar apa pun kesalahan, kekeliruan, dan dosa yang dia lakukan, pastilah Allah Ta’ala akan membukakan pintu baginya (mengampuni dosanya). Sebab tidak ada tempat berlindung bagi seorang hamba, kecuali dengan kembali kepada-Nya dan senantiasa berupaya menjauhi larangan-Nya.”
Seperti inilah kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Sangat tulus dan menginspirasi. Namun, sampai kapan pun, kasih sayang ibu tiada layak dibandingkan dengan kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya.
Dialah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dialah yang memberikan setitik sifat kasih sayang kepada para ibu hingga mampu bersikap baik meski kepada anak-anak yang berbuat durhaka kepadanya.
Namun di akhir zaman ini, ada begitu banyak kisah memilukan tatkala seorang ibu dengan teganya melampiaskan siksaan pedih kepada anak yang dia lahirkan sendiri.
Sedangkan Allah Ta’ala, mustahil menzalimi hamba-hamba-Nya. Bahkan orang kafir dan munafiq masih senantiasa mendapatkan berbagai nikmat dan kecukupan duniawi.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]
sumber : kisahikmah.com
0 Response to "Kasih Sayang Ibu kepada Anak yang Membuat Kita Menangis"
Post a Comment